Pages

Followers

Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

Alasan Kerajaan Volcart

Alasan Kerajaan Volcart
oleh: Novelia Indri Susanti


Air terjun mengalir deras menghujam bebatuan yang siap diguyur. Tanpa protes, bebatuan di bawah sana menerima dengan pasrah. Airnya menciprat ke segala arah, termasuk permadani-permadani hijau segar. Peri kecil memutuskan untuk mengepakkan sayapnya, terbang mendekati air terjun keindahan. Merasakan bau air yang khas kemurniaanya, harum sekali. Semerbaknya membuat peri kecil  betah berada di sini.
Tiba-tiba, ia teringat suatu hal. Menengok ke kanan dan kiri, namun sesuatu yang  ditunggu-tunggu tak kunjung hadir. Akankah malam ini dia hadir? Entahlah, yang pasti peri kecil akan bersikukuh menunggunya. Ia terbang turun ke bawah, mencari tempat berteduh yang nyaman. Dibalik semak belukar, ia merebahkan tubuhnya seraya menghempaskan napas kelelahan.
“Hai, Peri kecil! Kau mau apa di sini?” Tanya Ratu Kerajaan Voscart. Kerajaan Voscart adalah suatu Kerajaan di mana penduduknya adalah ribuan kunang-kunang, para peri kecil dan bidadari. Kerajaan Voscart memiliki beberapa aturan, salah satu di antaranya adalah: bagi peri-peri kecil dilarang bertemu dengan kunang-kunang Kerajaan. Peraturan tersebut sudah berlaku sejak lama, dan sampai detik ini tak ada satu pun peri kecil yang berani bertemu dengan kunang-kunang.
“Em,” Peri kecil bergumam. “Tidak, Bunda! Aku hanya ingin merasakan kesejukan saja.” Ujarnya yang sarat akan kebohongan. Bibirnya yang mungil menyeringai lebar. Memamerkan gigi-gigi putih beraturan.
“Kau yakin, sayang?” Tanya Ratu dengan nada lembut. Jemari tangannya menyentuh pipi peri kecil. Peri kecil hanya mengangguk dan tersenyum samar. Ia berusaha menunjukkan pada Ratu bahwa tak ada sesuatu yang dirahasiakannya. Ratu membalasnya dengan senyuman pula. Kemudian Ratu melangkahkan kaki meninggalkannya sendiri.
Awan gelap membumbung di langit luas. Bintang berkelipan memberi setitik terang dalam keremangan. Peri kecil duduk bersimpuh seraya memandang langit penuh ketenangan. Matanya tertuju lurus ke arah langit, tanpa berkedip. Desiran angin yang berhembusan merasuki tulang belulang. Terasa ngilu sekali.
“Tuhan, izinkan peri bertemu dengan kunang-kunang itu. Tuhan, peri tidak tahu, kenapa Kerajaan Voscart melarangku bertemu dengan kunang-kunang. Padahal, mereka cantik sekali!” Gumam peri, masih memandang langit. Bibir merah jambu itu dibasahi oleh liurnya. Bola mata kelabunya sesekali melirik air terjun yang mengalir deras, menciptakan bunyi alunan alam.
Tak beberapa lama, kumpulan kunang-kunang berterbangan di dekat air terjun. Peri kecil terpesona, mulutnya menganga lebar. Betapa cantiknya kunang-kunang itu, kecil namun memberi setitik penerangan yang indah. Mereka berhamburan bebas, seperti menanti kebebasan yang nyata di setiap detiknya. Ya! Mereka memang tak memiliki kebebasan, kecuali di malam hari.
“Hai, hai, hai!” Sapa peri kecil sambil melambaikan tangannya. Semua kunang-kunang tertuju pada tempat di mana suara sapaan itu berasal.
“Hai, peri kecil? Untuk apa kau malam-malam berada di sini? Bukankah Kerajaan melarangmu bertemu dengan kami?”
“Aku hanya ingin melihat kalian.” Ujar peri dengan memasang tampang polos dan cemberut. Kedua tangannya bersendekap di dada. “Kenapa sih Kerajaan melarangku bertemu kalian?” Tandasnya.
“Peri, Kerajaan memiliki alasan kuat untuk itu!”
“Apa???” Tanya peri. Matanya menyipit tajam, penuh tanda tanya.
“Kami diwajibkan ke luar setiap malam, karena keindahan tubuh kami hanya bersinar dalam kegelapan saja. Sedangkan mengenai aturan bahwa peri dilarang bertemu kami, karena konon jika kita saling bertemu, kekuatan kita akan berkurang.” Peri kecil mengangguk mengerti. Setelah percakapan berakhir, kunang-kunang pergi meninggalkannya.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar