by: Novelia Indri Susanti
Barangkali
hujan selalu menjadi objek paling indah. Orang-orang menyukai fenomena alam
yang satu ini. Setiap bulir-bulir bening turun dari atap jendela, menggantung
di atas daun, kemudian jatuh tersentuh angin.
Aku
– gadis yang baru bangun dari tempat tidurnya, terlihat sibuk memotret fenomena
alam dari berbagai sudut. Aku begitu mencintai hujan. Bagiku, hujan punya
cerita. Hujan menyimpan kenangan. Hanya dengan melihat hujan, seluruh kenangan
yang pernah kubagi bersama orang-orang tercinta akan otomatis berputar-putar
dalam memori. Hanya dengan menghirup aroma hujan, seluruh jiwaku seperti
kembali dalam masa-masa indah. Segala bentuk kerinduan akan terbayarkan.
Aku
memamerkan senyum di dekat jendela. Menyapukan jari tangan pada kaca jendela,
berlanjut menuliskan nama-nama orang yang sangat kucintai.
Hujan
membuatku mengingatmu di saat pertama kali kita bertemu. Di bawah halte, saat
kau dan aku menunggu bus yang tak datang-datang. Kau dan aku saling mencuri
pandang, ingin mengajak ngobrol namun sayang aku tak memiliki keberanian
sebesar itu – untuk orang yang baru kutemui. Setelah sekian lama kita mencuri
pandang, kaulah pria yang memutuskan untuk mendekat. Di awal percakapan
terlihat cukup canggung. Kau hanya bertanya basa-basi. Ketika aku memandang
hujan, percakapan kita menjadi semakin hangat.
Aku
mengatakan padamu, “Aku suka hujan. Apa kau juga menyukainya?”
Dan
kau pun mengatakan hal yang sama. Sejak saat itu kau dan aku mulai benar-benar
kenal. Hujan itu hebat ya? Bisa mempertemukan kedua orang yang jauh, membuat
kita saling bertemu, mengenal dan… menciptakan perasaan di antara kita.
Sejak
saat itu kita saling berbagi mimpi. Aku mempunyai mimpi ingin pergi ke Venice,
Italia. Merasakan sengatan matahari di atas gondola. Berdiri sambil menghirup udara
di Grand Canal. Mencicipi panna cotta sedikit-sedikit dengan sensasi luar
biasa, ditambah alunan music klasik. Lalu menikmati festival topeng yang
diadakan pada waktu-waktu tertentu.
Kamu
juga memiliki mimpi. Ingin terbang ke negeri kangguru demi menuntut ilmu.
Menjadi wartawan keren, professor linguistic, rapper, mentalism, inventor,
pelukis, penulis, diplomat, impian keliling Europe. Dan satu hal yang sangat
tak bisa kulupakan, yaitu… mimpi mengenai keinginan mengkoleksi mobil Nissan
juke.
Masih
banyak kenangan tentang pertemuan kita. Hingga kini kusimpan rapi di dalam
sebuah ruangan gelap. Aku membiarkannya berada di sana, sampai kau menjemputku
bersama hujan. Menjemputku dan tak akan pernah pergi-pergi lagi.
Ruang
gelap itu bernama hati…
Hari
ini aku ingin pergi ke halte tempat di mana kita dipertemukan pertama kali. Aku
melihat keadaan sekitar. Masih sama! Seperti tiga tahun silam. Yang berbeda
bukan bangunannya, bukan suasananya, bukan juga haltenya. Yang berbeda adalah
kita… berserta perasaan yang melebur dari waktu ke waktu.
Ah,
Nostalgia
membuatku menyerah untuk membencimu. Aku tidak pernah berhasil melupakan
kebersamaan kita. Aku tidak sanggup berpisah denganmu dengan rasa benci yang
membabi buta. Aku tahu, kau pernah melakukan kesalahan hingga menyakiti
perasaanku. Pernah meninggalkanku sendirian di malam minggu sambil menunggu
pesan darimu. Pernah membiarkanku khawatir karena tak kunjung mendapat kabar
darimu. Kuharap kau tak akan melakukannya lagi.
Dari wanita yang selalu gagal
membencimu
2 komentar:
Hujan memang mengandung bejuta kenangan di jutaan tetesnya, setiap tetes yang jatuh tidak langsung hancur :')
Paling suka bercerita tentang hujan memang :)
Posting Komentar