Pages

Followers

Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

Jika Memang Tak Cinta, Katakan Saja.



Aku sangat bersyukur atas tiap
kenangan yang pernah kubagi bersamamu. Kenangan tentang pecahan permen yang kamu gigit menjadi dua, tentang hujan yang mendekatkan kita, tentang lagu-lagu manis yang sering kau putar saat kita bersama. Dan aku ingat kisah-kisah yang kamu ceritakan padaku hingga aku terlelap. Aku tidak tahu sedang berada di mana. Tapi aku sangat yakin, ini tempat paling nyaman. Pertama kalinya aku merasa terjaga.

Namun entah mengapa, kau tiba tiba pergi begitu aku bangun. Kamu pergi terlalu cepat, dan membuatku menangis sepanjang hari. Aku ingin mencarimu. Aku mau menarikmu kembali bersamaku. Supaya kamu dan aku selalu dekat. Aku tidak mau perasaan kita berakhir.

Sejak kamu pergi, tidak ada sepotong alamat yang bisa kudatangi. Ada hari di mana aku tak mampu tuk bertahan. Aku mulai putus asa. Lelah dengan pencarian sia-sia. Di mana lagi aku harus mencarimu? Lebih tepatnya mencari hatimu.

Hei kamu, apakah kamu tidak merindukanku, sama seperti aku merindukanmu sekarang. Apakah hatimu sering menjerit-jerit ketika jauh dariku, sama seperti aku yang ingin berteriak sekuat tenaga agar kau - yang berasal dari belahan dunia lain- dapat mendengar rasa kerinduanku. Kerinduan yang sangat memuncak.

Apakah di sana kamu baik-baik saja? Sampai kapan kita akan begini... Sampai kapan kita berjauhan dan bersikap dingin. Sampai kapan kita membohongi perasaan masing-masing. Sampai kapan kita mengatakan "Tidak apa-apa kok!", padahal hati kita merasakan kecewa yang mendalam. Sakit yang tak tertahankan.

Jika kamu tidak cinta, katakan saja. Jangan diam.
Aku membutuhkan kepastian...

Aku tahu kau sering menangis saat sendirian, aku mengerti kau sering mengeluh dan menyesali perbuatanmu, aku tahu kau sering merasa bersalah karena meninggalkanku secara tiba-tiba. Aku tahu dadamu sesak. Aku tahu kepalamu pusing memikirkan semua ini. Hampir seluruh tugas-tugas kuliahmu kacau-balau hanya untuk hal ini. Fokusmu seringkali pecah belah tiap ingat aku. Aku tahu itu, Sayang. Aku paham kau ingin kembali tapi kehilangan cara untuk kembali. Rasanya aku ingin menangis di hadapanmu. Tapi aku nggak mampu melakukannya.

Rasa sakit ini pelan-pelan akan hilang kan, Sayang? 

Akan hilang dengan memaafkan
Akan hilang dengan mengikhlaskan kepergianmu.
Akan hilang dengan menerima dan mendoakanmu...

Maafkan aku -gadis yang tak pernah mengerti isi hatimu- mungkin sudah saatnya kamu menghilang. Pergi dari pandanganku. Pindah dari hatiku. Mungkin kamu ingin mencari hati yang bisa membuatmu lebih nyaman daripada bersamaku.

Tidak apa-apa, Sayang.
Aku tidak apa-apa.
aku selalu mengingat kata katamu "Setiap manusia itu bertemu untuk berpisah.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

#HalloweenKino - Telepon Misterius

#HalloweenKino

Telepon Misterius

            Kertas itu masih hangat, bekas proses foto copy. Aku membetulkan kacamata yang nyaris melorot karena hidungku bisa dibilang terlalu menjorok ke dalam. Lalu aku menyabetnya dari bangku sembari berlari tergopoh-gopoh menuruni anak tangga menuju lantai dasar. Guru pembimbing dan teman-teman sudah menungguku di ruang laboratorium biologi. Setengah ngos-ngosan, aku memutuskan duduk di antara kedua orang teman yang sedang mempelajari materi untuk presentasi. “Cepat dihafalkan!” Rosa menyenggol lenganku. Padahal aku sadar sedari tadi tanganku masih menggenggam kertas foto copy-an itu, namun tak kunjung menghafalnya. Ya mungkin karena aku butuh istirahat setelah lari-lari tadi.

            Besok adalah hari di mana kami akan bersaing dengan peserta-peserta lain dari berbagai sekolah menengah pertama. Besok kami mengikuti lomba di ITS, oleh sebab itu hari ini kami berlatih dulu. Seusai berlatih presentasi, kami memesan soto ayam dari luar sekolah. Awan semakin gelap, gerimis turun membasahi tanah lapang. Aku, Rosa, dan teman lainnya menyendok sesuap nasi soto ayam sambil menyaksikan turunnya hujan. Namun tiba-tiba salah seorang di antara kami seperti ketakutan melihat salah satu kelas nampak gelap, menyeramkan, dan seolah ada sosok di dalam sana. Kami mencoba mengendalikan diri dengan berpikir positif. Menyakinkan diri bahwa tak ada apa-apa di sana. Suara adzan isya berkumandang. Panggilan untuk menunaikan sholat menggugah kami untuk menghentikan latihan presentasi ini sejenak. Ibu guru menggiring kami menuju masjid milik sekolah yang letaknya di belakang. Sepasang kakiku mengalun mengikuti ke mana langkah kaki ibu guru. Suasana malam itu terkesan sepi, tegang, dan merasa diawasi. Tapi entahlah siapa yang mengawasi. Sungguh, aku semakin takut karena sama sekali tidak ada penerangan di tempat wudhu.

            Ibadah sholat isya’ kulakukan dengan penuh fokus pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Namun di tengah perjalanan, keimananku goyah. Angin bertiup kencang hingga mukena bagian belakang menyingkap ke depan dan menutupi pandanganku. Sekujur tubuh rasanya bergemetaran, ingin menangis tapi takut ibadahku batal. Akhirnya kuberanikan diri melanjutkan sampai selesai. Cepat-cepat kulipat mukena, bersegera menyeret teman-temanku kembali ke dalam ruang laboratorium biologi.


            Semasa SMP, aku tidak diperbolehkan membawa hape. Tak ada seorang pun dari temanku yang membawa hape. Aku kebingungan bagaimana caranya menghubungi orangtua agar tidak mengkhawatirkan keadaanku. Ibu guru mengijinkan kami menggunakan telepon sekolah yang lokasinya ada di ruang staf. Ruang staf nampak sepi, suram, penuh kertas-kertas bertumpuk di ujung ruangan. Jendela kaca bagian dalamnya menghubungkan dengan lokasi tempat berwudhu. Aku memejamkan mata, terus-menerus meyakini diri sendiri bahwa tak akan ada apa-apa. Begitu menemukan teleponnya, aku langsung menekan nomor yang sudah hafal di luar kepala. Ada suara seorang wanita nyinden di seberang telepon. Lembut, sedikit nyelekit di gendang telinga. Seingatku, ibu tidak pernah memakai RBT atau suara-suara apapun. Apa ini? Pendengaranku sedang mengalami kesalahan-kah? Aku semakin terusik dengan suara aneh itu, seketika kulempar pada Rosa. Rosa juga mendengarnya. Jelas! Kemudian karena saking tak percayanya, Rosa mencoba menekan nomor rumahnya. Ternyata yang keluar adalah suara yang sama! Suara wanita nyinden. Kami semua bergilir menjajal satu per satu, dan tetap saja suara itu masih mengganggu. Glek! Aku menelan ludah menghadapi kenyaatan itu. Bulu kudukku merinding. Mataku berangsur-angsur memandangi jendela kaca lalu beralih memandangi raut wajah teman-teman yang ketakutan. Rosa pun meletakkan gagang telepon, kemudian tanpa diberi aba-aba, kami lari terbirit-birit. Kami menceritakan pada bu guru. Namun bu guru sama sekali tidak percaya, “Ah, itu halusinasi.” Kami masih ketakutan setengah mati. Bu guru pun ingin membuktikan kebenarannya. Beliau masuk ke ruang staf, menghubungi nomor rumahku. Anehnya, langsung tersambung. Begitu juga ketika menelepon nomor rumah teman-teman, langsung tersambung. Huh! Pengalaman ini tidak akan pernah aku lupakan. Aku sungguh begitu yakin teman-teman semasa SMP-ku juga tidak akan melupakan kejadian misterius ini.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

#HalloweenKino - Sleep Paralysis

#HalloweenKino

Sleep Paralysis
(The Devil Riding Your Back)

Kejadian ini bermula ketika berziarah ke makam nenek. Sepasang mataku menangkap sosok wanita bermuka lelah, penuh kesedihan dan dia duduk sendirian di pojok kuburan. Aku berusaha mengalihkan pandangan dengan memfokuskan berdoa untuk almarhumah nenek. Tak terasa, sore berubah menjadi petang. Gerimis turun membasahi ujung kepala. Ibuku mencolek bahu sambil berkata, “Ayo pulang! Nanti keburu malam.” Namun perkataan ibu seolah menembus di telinga. Aku tidak kunjung berdiri, ada bagian yang mengganjal. Sesuatu sedang menarik kakiku hingga terasa agak berat sebelah, sampai ibu membantu berdiri. Sepanjang perjalanan menuju gerbang pemakaman, kakiku menginjak-injak tanah kuburan tanpa permisi. Menurut orang jaman dahulu, konon jika kita menginjak kuburan orang tanpa permisi, mendiang akan marah besar.
            

Selepas dari makam, aku langsung menonton acara televisi sembari berupaya melupakan ketakutanku tadi sore. Sementara Ayah dan Ibu mengobrol asyik dengan urusan mereka masing-masing. Dua gelas kopi pahit milik ayah kini menyisakan ampas. Belasan putung rokok memenuhi asbak. Jam dinding berdetak. Hari semakin gelap, mendung membelenggu langit. Angin bertiup membelah tirai jendela. Udara dingin seakan menusuk hingga ke tulang, ngilu sekali. Hembusan angin semilir-semilir membuat mata mengantuk. Aku menguap berkali-kali.


Baru saja tertidur, pikiranku melayang-layang antara sadar dan tidak sadar. Sambil berusaha mengumpulkan kesadaran, aku mencoba untuk bangun. Sesuatu yang tidak beres sedang menimpaku. Sekujur tubuh tak bisa digerakkan. Aku berkali-kali berteriak meminta pertolongan pada orangtuaku yang sedang mengobrol. Tetapi semuanya sia-sia! Tidak ada yang mampu menolong. Dadaku sesak seakan ditindih makhluk halus, napas memburu dengan cepat. Adanya tekanan kuat yang menyerang dada, membuatku sulit sekali untuk bernapas. Aku melihat sosok hitam menyeramkan nampak menertawaiku. Detik itu pula, aku tidak berhenti melafadzkan ayat-ayat suci Allah sebisa mungkin. Karena hanya pada Allah-lah tempat memohon. Ketika aku berhasil terbangun dari situasi menyeramkan itu, aku langsung lari dan menangis pada Ibu. Ibu bilang, “Itu tindihan, Nak!”

            
Mitos ini telah dipercayai turun-menurun oleh sebagian besar masyarakat sebagai ‘ketindihan setan’ atau disebut ‘erep-erep’. Budaya Afro-Amerika menyebutnya sebagai ‘The Devil Riding Your Back’, sedangkan budaya China menamakannya ‘Gui Ya Shen’. Kejadian semacam ini biasa terjadi ketika seseorang berada pada tahap tidur REM (Rapid Eye Movement). Kita tidak melewati fase lelap, melainkan melompat dari setengah lelap ke REM dan menciptakan mimpi. Otak kita mengalami kondisi transisi antara tidur mimpi dan kondisi sadar. Dalam kondisi inilah mimpi tercipta dengan jelas. Bayangan-bayangan sesosok makhluk halus kerap menyertai kasus Sleep Paralysis. Kasus-kasus Sleep Paralysis umumnya terjadi pada orang yang kelelahan, pola tidur tidak teratur dan tidur dalam posisi terlentang terlalu lama. Sehingga gelombang otak tidak mengikuti tahapan tidur yang seharusnya. 


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Aku Mencintai Keanehanmu



Kita memang aneh.
Memutuskan untuk berpisah, meski sebenarnya takut mengucapkan selamat tinggal. Aku selalu ingin mencarimu ketika rindu. Selalu mencoba mengobati kerinduan dengan mendengarkan suaramu yang sengaja kurekam diam-diam saat bertelepon. Kamu ingat, bukan? Suaramu bergetar, penuh tawa, bahagia, terkadang lembut, pengertian dan bahasamu lucu sampai aku tidak bisa berhenti tertawa. Suatu hari nanti, aku ingin ke daerahmu dan mempelajarinya. Agar kita juga bisa bertemu lagi, sekaligus aku akan mengajarimu bahasaku.

Oh ya, aku lupa kalau kita punya bahasa sendiri. Kita sering menggunakan tulisan kode-kode yang kata orang membingungkan, unik, dan salah ketik. Padahal bukan ulah salah ketik.

Seandainya kamu tahu, aku sangat rindu waktu kita berbicara hal konyol lalu tertawa terbahak-bahak meski bahan lelucon kita tak dianggap lucu oleh orang lain. Aneh, ya?   Kita memang aneh.

Malam ini tepat pukul 00.00, aku ingin supaya kamu datang, dan memulai kembali kisah kita.

Sayangnya, cinta kita berjeda.Sangat lama...Dan mungkin ucapan cintamu di malam itu adalah ucapan cinta terakhir bagiku.

#nulisGJ


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Perempuan yang Tak Pandai Menyembunyikan Perasaan


"Cinta ini nggak tepat waktu, atau hanya aku yang terburu buru...

Sudah sejak lama aku ingin pergi dari kehidupanmu. Sudah sejak lama pula aku ingin menghapus pelan-pelan perasaan sayang itu, bahkan ingin kulupakan semua tentangmu. Namun entah mengapa setiap kali kucoba melupakanmu, semakin sulit aku menjauh. Semakin kuhapus perasaan sayang itu, semakin bertumbuhlah cinta itu

Selama ini aku berpura pura nggak jatuh cinta. Tapi aku hanyalah perempuan biasa yang tak pandai menyembunyikan perasaan.
Pura pura jatuh cinta itu gampang, yang sulit itu pura pura nggak jatuh cinta.

Seharusnya hari ini aku sudah benar benar menghilang dari pandanganmu. Betul-betul jauh dari tempatmu berdiri. Hingga kamu nggak akan bisa mencari aku. Nggak bisa menghubungiku di saat kamu butuh. Nggak bisa menjadi tempat curhat tentang perempuanmu yang baru. Dan tentunya kamu nggak akan bisa membuatku kecewa lagi.

Tetapi sampai detik ini, aku tak pernah setega itu. Dengan senang hati, kudengarkan curhatanmu. Kuperhatikan kalimat kalimatmu yang lembut.. Kamu tertawa aku ikut tertawa. Seolah-olah kita berdua merasakan kebahagiaan mendalam. Padahal hanya kamu yang bahagia. bukan aku... aku di sini hanya bahagia jika kamu bahagia. aku di sini sedang tersenyum menahan tangis.

hai kamu

Diam diam kekagumanku memuncak. Keadaan membuat kita semakindekat. Keadaan membuatku semakin menyayangimu. Padahal aku pernah sakit, pernah dikecewakan, pernah merasakan cemburu hebat di saat kau bermesraan dengan wanita lain. Aku mencoba bertahan atas semua itu. Bertahan, sayang...
Meskipun kau tak pernah tahu rasanya bertahan."

#salam rindu
dari perempuan yang tak pernah mengubah perasaannya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Seharusnya Kau Masih di Sini



''Seingatku, baru kemarin kamu berada di sini. Di sampingku. Kita tertawa dengan guyonan kecil sepanjang malam. Kadang-kadang kita berdiskusi, bahkan seringkali berbeda pendapat dalam menganalisa masalah. Lucunya, kita selalu mencoba berdamai. Kau dan aku memaklumi perbedaan pendapat itu. Kau dan aku seakan dua bocah kecil yang suka adu mulut lalu baikan lagi.
Dengan polosnya aku bilang, ''Maafin aku ya bang. Kita tetap bersahabat toh ya?''

Entah kenapa, hari ini aku kembali merindukanmu. Rindu dengan sosok yang tidak pernah gagal membuatku tersenyum. Rindu dengan sosok yang selalu memberi ucapan manis sebelum aku tertidur. Dengan polosnya aku bilang, ''Aku tidur duluan ya? kamu kalau keluar malam malam, jangan lupa bawa jaket.Hahaha.''

Huh!
Seingatku baru kemarin ya, kita bercanda. Tetapi sekarang keberadaanmu entah di mana. Aku nggak tahu kabarmu. Kabar tentang sakit gigimu yang sering kambuh. Tentang rambutmu yang nyaris basah kuyup karena kehujanan. Tentang jerawat kecil di wajahmu, yang selama ini kamu coba membasminya pelan pelan. Tentang perutmu yang suka teriak-teriak ''Ndry, aku lapar.''
Tentang ucapanmu yang nyaris terdengar bodoh tapi menggelikan ''Ndry kalau aku liat di cermin, aku lumayan keren sih. Tapi kalau di foto kok kayak orang bego ya?''

aku jadi kangen semuanya...

dan yang terakhir adalah... tentang hatimu.
aku ingin tahu.
aku ingin mengerti isinya
aku ingin tahu apakah kamu diam diam menangis karenaku.
apakah di sana kamu diam diam merindukanku.''


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Selangkah Melepaskanmu

Mengenalmu begitu memberi kesan berharga seolah inilah momen hidup yang nggak akan pernah dimusnahkan. Sepanjang hari selalu diselingi senyuman. Aku tersenyum dengan kata-kata lembutmu, akhi. Aku menyukai perhatian dan guyonan kecilmu yang lucu. Setiap sabtu malam minggu aku menunggu sms darimu, menanti penyemangat hidupku, seorang lelaki yang perlahan-lahan menanamkan benih cinta. 

Kamu datang bukan dengan seekor kuda putih seperti dongeng, melainkan datang dengan apa adanya dirimu. Berbekal iman, akhlak, dan keberanianmu. Kamu memberikan kebahagiaan seolah tak pernah berakhir. Kita sama-sama dimabuk cinta, bermanja-manja melewati batas, melupakan waktu yang berharga. Semakin hari, kau dan aku menginginkan hubungan ini berlanjut lebih serius lagi. Namun ternyata keinginan mulia ini disusul dengan pertengkaran kecil sepanjang malam. Permasalahan cemburu, dekat dengan orang lain, atau kesalahpahaman lainnya. Kau dan aku makin hambar... Kau dan aku makin merasakan kehilangan cinta. Satu per satu perasaan luntur. Tapi kita selalu mencoba belajar saling mencintai lagi. Lagi. Dan lagi... 

 Entah karena apa, Tuhan menghadirkan kita dalam keadaan marah, emosi berlebihan hingga suatu hari kita memutuskan pergi sendiri-sendiri. Aku menangis, akhi. Aku tahu kau juga menangis. Aku mengerti dadamu merasakan sesak yang mendalam. Aku tahu engkau menteskan air mata, meski berulangkali kau coba menghapusnya begitu aku melihat. Akhi, maafkanlah emosiku. Maafkanlah semua kekhilafan kita. 

Maafkanlah masa lalu kita, meskipun tidak akan merubah apapun di masa lalu. Setidaknya dengan maaf bisa menjadikan kita lebih kuat dari sebelumnya. Akhi, aku salah ya, aku pikir mengenalmu tidak akan pernah musnah, menaruh hati padamu tidak akan pernah berakhir. Nyatanya, kita sekarang berpisah... ;( mungkin ini kesalahan kita... karena yang terlalu mencintai, akan saling menjauh. Mungkin Allah cemburu dengan kita, sehingga inilah hukuman yang pantas kita terima. Berpisah... Berpisah, akhi. 

Seandainya saja di sana kamu tahu, Akhi. Aku nggak pernah sedetik pun membencimu. Sedikit pun tak pernah meletakkan benih dendam di hati. Aku sangat menghargaimu, Akhi. Aku tidak mau melupakanmu meski sekarang keberadaanmu menghilang. Di sisiku sudah nggak ada kamu, kamu sudah pergi lama. Kamu seakan pergi sejak kau berhenti mencintai aku. Yang perlu aku lakukan hanyalah membiarkan hidup ini terus berjalan. Selangkah demi langkah melepaskanmu tanpa harus dipaksa, Akhi. 

Dengan begini akan terasa mudah... dengan begini aku bisa lebih ikhlas. Dengan begini cintaku pada Rabbku tak mungkin terbagi. Ya Akhi, jangan khawatirkan keadaanku di sini ya... rinduku sangat besar untukmu, dan kusimpan rapat-rapat. Aku baik-baik saja, segenap hati kuluruskan niat untuk memperbaiki diri. Kalau kita berjodoh, aku mau dipertemukan kembali dalam keadaan sebaik-baiknya keadaan. Oleh karena itu Akhi, perbaiki dirimu juga ya... 

 Jangan selipkan cintamu padaku, sebelum pernikahan itu berlangsung. Aku takut cinta kita adalah tiupan setan...


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Selangkah Melepaskanmu

Mengenalmu begitu memberi kesan berharga seolah inilah momen hidup yang nggak akan pernah dimusnahkan. Sepanjang hari selalu diselingi senyuman. Aku tersenyum dengan kata-kata lembutmu, akhi. Aku menyukai perhatian dan guyonan kecilmu yang lucu. Setiap sabtu malam minggu aku menunggu sms darimu, menanti penyemangat hidupku, seorang lelaki yang perlahan-lahan menanamkan benih cinta. Kamu datang bukan dengan seekor kuda putih seperti dongeng, melainkan datang dengan apa adanya dirimu. Berbekal iman, akhlak, dan keberanianmu. Kamu memberikan kebahagiaan seolah tak pernah berakhir. Kita sama-sama dimabuk cinta, bermanja-manja melewati batas, melupakan waktu yang berharga. Semakin hari, kau dan aku menginginkan hubungan ini berlanjut lebih serius lagi. Namun ternyata keinginan mulia ini disusul dengan pertengkaran kecil sepanjang malam. Permasalahan cemburu, dekat dengan orang lain, atau kesalahpahaman lainnya. Kau dan aku makin hambar... Kau dan aku makin merasakan kehilangan cinta. Satu per satu perasaan luntur. Tapi kita selalu mencoba belajar saling mencintai lagi. Lagi. Dan lagi... Entah karena apa, Tuhan menghadirkan kita dalam keadaan marah, emosi berlebihan hingga suatu hari kita memutuskan pergi sendiri-sendiri. Aku menangis, akhi. Aku tahu kau juga menangis. Aku mengerti dadamu merasakan sesak yang mendalam. Aku tahu engkau menteskan air mata, meski berulangkali kau coba menghapusnya begitu aku melihat. Akhi, maafkanlah emosiku. Maafkanlah semua kekhilafan kita. Maafkanlah masa lalu kita, meskipun tidak akan merubah apapun di masa lalu. Setidaknya dengan maaf bisa menjadikan kita lebih kuat dari sebelumnya. Akhi, aku salah ya, aku pikir mengenalmu tidak akan pernah musnah, menaruh hati padamu tidak akan pernah berakhir. Nyatanya, kita sekarang berpisah... ;( mungkin ini kesalahan kita... karena yang terlalu mencintai, akan saling menjauh. Mungkin Allah cemburu dengan kita, sehingga inilah hukuman yang pantas kita terima. Berpisah... Berpisah, akhi. Seandainya saja di sana kamu tahu, Akhi. Aku nggak pernah sedetik pun membencimu. Sedikit pun tak pernah meletakkan benih dendam di hati. Aku sangat menghargaimu, Akhi. Aku tidak mau melupakanmu meski sekarang keberadaanmu menghilang. Di sisiku sudah nggak ada kamu, kamu sudah pergi lama. Kamu seakan pergi sejak kau berhenti mencintai aku. Yang perlu aku lakukan hanyalah membiarkan hidup ini terus berjalan. Selangkah demi langkah melepaskanmu tanpa harus dipaksa, Akhi. Dengan begini akan terasa mudah... dengan begini aku bisa lebih ikhlas. Dengan begini cintaku pada Rabbku tak mungkin terbagi. Ya Akhi, jangan khawatirkan keadaanku di sini ya... rinduku sangat besar untukmu, dan kusimpan rapat-rapat. Aku baik-baik saja, segenap hati kuluruskan niat untuk memperbaiki diri. Kalau kita berjodoh, aku mau dipertemukan kembali dalam keadaan sebaik-baiknya keadaan. Oleh karena itu Akhi, perbaiki dirimu juga ya... Jangan selipkan cintamu padaku, sebelum pernikahan itu berlangsung. Aku takut cinta kita adalah tiupan setan...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Inilah Caraku Mencintaimu



Untuk sebuah jalan yang telah digariskan Allah, hari ini kutinggalkanmu demiMU...

Aku adalah seorang akhwat genit yang diam-diam mengumbar kangen pada ikhwan yang belum halal. Aku tahu ini salah. Jadi sebelum semua ini terlambat, melepaskan mungkin jadi cara terbaik untuk kita berdua. Begitu berat ketika mencoba menghindari mengobrol hal-hal yang tidak serius. Begitu sakit saat kita berhenti tertawa, berhenti memberikan perhatian, berhenti mengirim sms mesra, berhenti dibangunkan sholat tahajud. .....

Selalu ada ruang dalam hati yang telah kosong. Ada bagian untuk merindukanmu. Entah di sisi mana, Akhi. Semua luka ada di sini. Belum mengering, namun setiap kali kau dan aku mencoba dekat lagi, rasanya luka yang belum mengering ini seperti digaruk. Semakin sakit, bukan? ;( Kadang-kadang kita lupa pada batasan ikhwan dan akhwat.

Oleh karena itu, perlebar jarak di antara kita. Buat se-renggang mungkin. Jangan biarkan berdua-duaan, bermesraan, dan jangan beri aku kesempatan untuk kangen-kangenan denganmu, Akhi ;(. Tegurlah kalau tiba-tiba aku salah jalan lagi.

Maafkan aku... Buat benteng yang kuat di antara hati kita. Jangan beri celah sedikit pun bagi setan yang mau merusak. Sekuat tenaga, aku menangis bicara seperti ini. Antara siap dan tidak siap kehilangan kamu. Tapi jarak selebar mungkin ini supaya aku dan kamu nggak makin tersakiti. Sakit atas penantian yang belum pasti. Gunakan waktu kamu sebaik baiknya untuk dakwah. Perbanyak silaturrahmi. Perluas ilmu. Penuhi pertemanan dengan ikhwan-ikhwan lainnya. Lupakan aku.

Lupakan keinginan untuk membangun bahtera rumah tangga berbalut islami. Punya anak-anak sholih dan sholihah. Lupakan impian kita untuk sementara waktu. Insya Allah jodoh nggak akan ke mana. Lebih baik kita berpisah, kemudian saling menemukan. Daripada bersama-sama dalam ketidakpastian Tuhan Lebih baik jauh, tetapi saling merindukan. Daripada dekat tetapi menyakitkan... Inilah caraku mencintaimu.

Dengan cara menjaga kesucian dirimu. Kehormatan serta perasaanmu.

 Untukmu Akhi, ada cinta hebat di balik semuanya.
Cinta ALLAH .


untukmu Akhi, nantikanku di batas waktu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kita Pernah Bersama, Tapi itu Dulu

"Kita pernah bersama. Pernah bercanda, tertawa, semangat mengejar mimpi-mimpi, berjuang agar cinta itu tetap utuh.

Kamu ingat tidak, kita sering berimajinasi punya anak-anak kecil yang sholeh dan sholehah. Lucu, imut, penuh ceria, pipinya chubby, dan suka mengompol.

Kamu ingat, kan?  

Kita pernah bersama. Tapi itu dulu.

Kita pernah berjuang bersama. Tapi sekarang tidak. Aku yang berjuang sendirian. Cinta ini tidak utuh lagi seperti dulu. Teka-teki kita lamat-lamat makin menjauh dan kemudian lenyap.

Hai, delapan belas mei, apakah kamu tidak merindukan dua bocah imut ini? Mereka makin dewasa. Mereka butuh kamu, si pencipta imajinasi. Tapi kamu menghilang...

Kamu boleh lupa dengan semuanya.

Aku tidak sanggup untuk lupa. Karena apapun kenangannya, seburuk dan seindah apapun kejadiannya, mereka adalah kebutuhanku.

Kebutuhan untuk melanjutkan hidup...

Kebutuhan dalam memperbaiki hidup yang lebih baik..."

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Aku Lelah Disakiti

Ada ruang dalam hati yang telah kosong. Tidak ada kamu, tidak ada cinta, ataupun kenangan. Tetapi entah mengapa, ada pula ruangan yang selalu menolak kenyataan bahwa kebersamaan itu sudah berakhir.

Aku ingin memelukmu. Mendengarkan seberapa cepat debar jantungmu.


Aku merindukan belaianmu di kepalaku, yang selalu membuatku lebih tenang. Kamu ingat tidak, aku suka menyurukkan kepala ke dalam dada bidangmu? :)
Karena aku hanya ingin menyembuyikan tangisan.


Tapi, sekarang...
Kenapa begitu susah buatmu, mengaku sekali saja bahwa kamu masih punya perasaan yang sama.

Aku ingin tahu. Supaya aku punya alasan untuk tetap mempertahankan cinta. Apakah itu terlalu?

Seandainya kamu tahu... Aku lelah untuk sakit.



06-03-2014


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS